aku ada di sini, di mana pelukan itu telah pergi, ah disambar angin atau mungkin petir, kamu hanya alang-alang bagiku sekarang, terserah kamu ada atau tiada, hatiku tak bakal mekar kembali atau terluka sekarat, karena waktu melempar mu jauh-jauh, hingga aku tak lagi sembunyi-sembunyi mencuri-curi kabar mu, dulu ucapan mu bak peluru menghujani dada ku, waktu itu aku bak pahlawan yang terluka parah habis perang, tepar aku dibuatnya, tapi sekarang gundukan pasir telah mengkarang, kamu adalah ombak, walaupun besar, bagiku tetaplah air,
"ngapain loe cari-cari gw? siape loe? sono urusin loe sendiri, cuma biang kerok!"
ah, betapa bodohnya aku mencoba untuk kembali berharap, mataku kembali berbinar, tapi mana ada laki-laki yang boleh menangis, aku berusaha memendamnya, begitulah aku mengamalkan nasihat yang diberikan ibuku,
"kalo cinta, ya kejarlah cinta"
"kalo cinta ya cintailah semuanya, walau kadang yang kau cintai kurang sempurna"
"kalo disakiti, jangan menyakiti"
"para nabi mengajarkan itu tentang cinta"
aku belum pernah bertanya pada ibu, bagaimana kalau yang ku cintai, tiba-tiba berubah dan tidak lagi mencintai ku, apa ibu pernah mengalami, suatu hari ketika ibu bangun pagi, ibu kehilangan semua perasaan cinta yang pernah ibu miliki terhadap seseorang yang ada di sanping ibu dan menemani ibu puluhan tahun, apakah ibu akan selalu mencintai ayah sampai kapan pun? tapi ibu adalah guru yang terbaik, katanya cinta lebih banyak karena kebiasaan, sementara ketertarikan wujud hanyalah sesuatu yang akan uzur, entah dalam waktu puluhan tahun, beberapa tahun, beberapa bulan, beberapa minggu, beberapa hari, beberapa jam, bahkan cuma beberapa menit. aku juga tidak sempat bertanya pada ibu, apakah ibu pernah mencintai sesuatu, lalu kehilangan cinta itu, lalu sesaat cinta itu kembali, lalu pergi lagi? apakah kehidupan memang benar-benar pernah melahirkan cinta sejati? atau cinta adalah sesuatu yang tidak akan pernah abadi?
pagi ini, pak pos datang mengantar surat, surat itu mengabarkan seseorang yang lelah lama menghilang, kamu akan menikah, begitu isi surat itu, syukurlah, semoga kamu berbahagia, meraih keluarga yang menentramkan, saling mencintai dan menyayangi seperti doa dari para nabi. sesaat sedikit heran, dulu, yang lampau sekali, aku habiskan semuanya untuk mencintai sesuatu yang tidak mungkin dicintai, tapi aku memang mencintai mu, kamu datang, memberi kehangatan, berbagi kebahagian, sedikit cekcok, bercanda ria, lalu bertengkar hebat dan pergi... seperti yang telah aku terangkan, sebenarnya aku ingin menangis, tapi menjadi lelaki pada saat tertentu sungguh merepotkan, saat itu aku berfikir, sungguh menyesal, mengapa tidak ku tendang saja kamu, ku tonjok sampai bonyok, dan ku sumpah serapahi, tapi baru ku sadar sekarang, cinta yang baik itu tidak akan pernah berlaku sombong, karena ia cuma bisa memberi, demikian pesan para nabi.
"lalu mengapa kau tak cinta lagi.."
"kapan aku cinta kamu, apa untungnya, ge-er loe??"
"lalu apa yang kau lakukan selama ini"
"jujur yaa, gw cuma iseng, anggap aja cuma main, just fun!"
"oh my God, jadi gw salah nilai loe selama ini..!"
"hahahahha... di dunia sekarang ini, mana ada cinta, bulshittt semue!!"
"trus....."
"ya, anggap aja selama ini kita sama-sama untung"
"maksud loe.."
"gw kesepian loe kesepian, gw bete ganti-ganti pacar, loe juga gitu, klop lah..!!"
"bagusslah... okkk, tapi loe ingat yeee, loe jelek loe baik, gw selama ini memang sayang ma loe, dan emang gw cinta ma loe!!"
" allahhh loe itu sapa sih, apa untung nye, taiiiikkkk kucing!!
lalu aku cuma diam setelah itu, saat itu aku berfikir, mengapa langit tidak segera retak, lalu pecah berantakan dan mengubur kamu hidup-hidup, aku juga berharap pembuluh arterimu pecah atau jantungmu tersedak, waktu itu aku memandang mu semirip binatang jalang, atau kotoran di wc yang harus dibuang, aku jijik sekali melihat mu, waktu itu aku berharap akan membenci mu selama lamanya.
baru kusadari sekarang, harapan ku yang kejam waktu itu adalah karena cinta itu telah terhalang, orang suci bilang bahwa kebencian adalah cinta yang terpantulkan, jadi sebenarnya cinta itu tetap ada, namun seperti bayang-bayang dalam cermin, yang kiri menjadi kanan dan kanan menjadi kiri. tapi mungkin cinta ku pada mu memang bukan cinta sejati, aku telah kehilangan cinta ku pada mu jauh-jauh hari, dan pagi ini, aku sama sekali tidak merasakan sesuatu yang hilang dari kedalaman lubuk hati ku.
"kamu mencintai ku..?"
"ya.."
"kamu menyayangi ku selalu selamanya?"
"ah bawel ah"
"apakah kamu suka aku jadi pejantan mu..?"
"ngomong appa sih.. kagak tuhh"
"seriuzz, gw kagak bisa berlaku jadi pejantan?"
"apaan siiiih"
"kamu sayang aku kan....?"
"iya iya..huhhh"
"akan selalu selamanya?"
"huh bawel ah.."
"jawab dulu, pejantan mu sedang bertanya, jawablah..?"
"iyyyyaaaaaaa huhhh"
hening sekejab, lalu kamu tertawa bersama..
hening sekejab, lalu kamu tertawa bersama..
itu ketika aku dan kamu melewati masa-masa indah, indah yang berarti kamu benar-benar mampu menjadi kekasihku apa adanya, kau selalu datang saat aku butuhkan, demikian sebaliknya, kau membantuku menyelesaikan masalah-masalah hidup ku, demikian sebaliknya, kau selalu menghiburku, akupun juga, kita sama-sama saling menemani, begitulah.
jadi bagaimana cinta berubah menjadi benci, lalu menghilang lepas begitu saja, apakah cinta itu? apakah orang-orang suci dan para nabi mengajarkan cinta selalu sehangat yang pernah aku rasakan? bukankah waktu itu cinta seolah-olah bersemayam selamanya, lalu bagaimana iya bisa lepas seperti kuda yang lepas dari penunggangnya, hufff, lalu kini cinta yang itu hilang, dan datanglah cinta yang baru, dia tidak jauh berbeda dengan mu, tapi mungkin dia yang terbaik untuk ku, aku menunggunya seharian ini, seperti dulu aku menunggu mu juga
"maaf yank agak telat.. lama menunggunya..?"
"ah tidak, untuk mu tak ada yang lama.."
"ini aku bawakan makan malam untuk kita berdua.."
"aku telah menyalakan lilin untuk kita berdua.."
"lalu kita matikan lampu?, bagaimana kita bisa menikmati makanan kita tanpa melihatnya..?"
hening sekejab, lalu kamu tertawa bersama..
aku merasakan kebahagiaan dengannya, mungkin juga seperti engkau sebentar lagi melangsungkan pernikahan itu, semoga.
begitulah cinta yang ku jalani, mungkin setiap manusia juga akan dan pernah merasakannya, kita memang hanya manusia biasa, para Nabi dan orang-orang suci telah mengajarkan nilai-nilai cinta yang paling mendalam yang bisa dijalani oleh manusia kebanyakan, tapi mengikuti cinta yang mereka ajarkan selalu akan berbeda, tergantung siapa yang melakukan, siapa yang dicintai, dan dalam bentuk apa cinta itu datang dan mungkin pergi..