HTML tutorial
varihsovy.com
  • About
  • Get inspired
    • Traveling
    • Culinary
    • Fun
    • Film
  • Mine !
    • Family
    • Opinion
    • Books
    • The Spirit
  • Contact Us
    Instagram Twitter Google+ Facebook Linkedin
    close

dJakarta 18/11/09 (Mature n Adult)



jakarta hujan mlulu,  dari pagi ampe pagi lg, saya sempat pinjam motor kemenakan buat lamar kerja di mana-mana, tapi sepulang puter2, kemenakan marah bukan kepalang, motornya kotor, padahal sejam sebelumnya dah saya cuci... eh di jalan ujan lagi, justru lebih deras dari sebelumnya....
Yach, kasian ma kemenakan, anaknya lumayan rajin, ampe sempat-sempatnya gantiin oli motornya sendiri, tapi tak lama baikan lagi, "laa yang nemeni di rumah cm omnya...kasian bener kelg kecil ini", pikir saya, saya  jadi ingin merasakan bagaimana rasanya jd kemenakan, dah SMP, punya kakak dah kul tengah semestr di luar kota, pasti ujung2 gara2 sndri sering main k tetangga, beda dengan saya, anak ke-7 dari delapan saudara, adk saya saja kurang dua tahun lbh muda smentara kakak diatas pas saya, 3 tahunan, jadi saya lebih lengket ma adik, kalo range adik kakak lbh dri 10 th....

Sebenarnya keluarga besar juga beresiko, kel kecil demikian pula, kel besar resikonya, terlalu berisik, kadang kurang intens, kel kecil sering kali terlalu hampa, apa lagi bila keluarga memiliki rumah besar, rasanya macam tinggal di benteng portugis sendirian.


Saya teringat ma kakak saya yang ke 2 (adik pas yang sulung), tujuh tahun punya anak empat, terkadang saya tak terbayang, gimana aturnya, ketika jaraknya terlampau dekatan, untungnya, anak2nya dididik dengan sangat sopan, istrinya juga 'nriman', kakak saya yang itu juga lumayan rajin -dalam catatan-, mungkin  semua situasi ini yang membuat putra tertua kakak saya yang tadi, menjadi kemenakan yang paling sopan, karena  mau tak mau harus dituntut sebagai kakak tertua walau umurnya tak lebih dari enam tahun,  kalau menyapa  om-omnya bahkan dah alus banget, pakai kromo inggil jawa, agak beda ma kemenakan dari kakak yang lain, walau tinggal sm2 di kampung tapi karena hingga umur 5 atau enam tak punya adk, mereka kalo ngomong persis anak yang seumuran -menangan, dan agak tledor-. Artinya: kemenakan yang td saya sebutkan punya adik banyak itu, lebih matang duluan atau tepatnya keburu matang karena dikondisikan harus jadi kakak dengan tiga adik.

Memang terkadang atau mungkin sering kali yang namanya tingkah laku tergantung dari kondisi di lingkungan sekitar kita, lebih khusus keluarga dan pergaulan kita, saya punya temen Mapala, yang umurnya sudah 36, tapi tetep saja terlihat young spirit n easy-enjoyfull, saya heran apa resepnya, kok semacam tak punya tekanan hidup walau belum kawin dan kerjaan belum tetap, tapi tak perlu bertanya, beberapa saat saya tahu kunci suksesnya, 'gaulnya ma anak2 muda!', dan selidik punya selidik, kala tertekan biasanya bakal menjauhlah dia dari keramaian, ke gunung atau ngunci di kamar. Cara menyembunyikan 'kelemahan' yang manisss.. Jadi, mungkin sikap dewasa memang dimulai dng belajar mengendalikan emosi, lbh tepatnya bisa menyembunyikan emosi kita saat emosi memang tak wajib dan tak perlu dikoar-koarkan, kecuali selebritis mungkin, yang membutuhkan popularitas dengan mengorbankan privasi.

Kembali k motor tadi, kemenaan saya dengan sangat 'legowo' waktu motor yang dinantikan  ternyata dengan 'agak' kotor, cuma bilang, "nanti kan kalo saya cuci bakal bersih lagi. om", ya begitulah, saya yang bersikap 'kekanakan' -sok cari alasan-, akhirnya kemenakanlah yang harus bersikap dewasa.  Hal-hal ini terutama di bulan-bulan ini, saya jadi mudah membaca mana orang yang bersifat dewasa dan mana yang masih belum terlalu matang, karena saya terbiasa dengan tes wawancara, saya jadi agak bs memahami HRD yang mengetes saya, ya, tingkatan emosi itu sangat pnting, apalagi seumuran saya, yang banyak dibutuhkan adalah fokus untuk cita-cita dan -yang agak sngt tertinggal saya pikirkan- jodoh (alllahhh mak jang...).

Hufff.. saat saya menulis post ini, di luar baru selesai hujan, bau tanah meneruak ke mana2, bau itu mengingatkan saya pada masa lalu, kembali ke kanak-kanak -abaikan sementara sikap ingin lebih dewasa-, pada saat-saat kecil, di mana beban tanggung jawab terasa begitu ringan, bermain dengan air hujan di kampung halaman, berenang di sungai yang deras, dengan banyak teman, dengan bermacam permainan, telanjang bulat bareng2 lalu mandi di 'mlumbang' sambil main 'jempritan', membuat 'jenang pekik', berkelahi di lapangan kampung kala main sepak bola.... ah masa2 yang indah -barang kali yang ditakutkan -beban- waktu itu cuma sekolah-.

Akhirnya mengharapkan masalah semakin mengecil seperti masa lampau adalah sesuatu yang sia-sia, nikmati saja gelombang hidup ini seperti para peselancar, toh memang hidup cuma sekali dan harus dinikmati pahit manisnya kan???.

Catatan ini cuma coretan kecil, percuma mengingat masa lampau kalau kita tak ikhlas menjalani masa kini dan hari-hari mendatang, makin hari, tangggung jawab sebagai laki-laki makin berat, dan tentu saja, bukan dengan rasa takut atau pesimis untuk melalui masa-masa datang, tapi keberanian untuk berjuang lebih baik dan jauh lebih baik lagi. Keep Fight!
Labels: catatan harian
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Footer