Tes Kerja Lagi (Ready to Fight!!!)
Cari kerjaan ternyata gampang-gampang susah, gampang kalau ada kemauan dan susah berat kalo sedikit sedikit mengeluh dan menyalahkan ini-itu, yang terakhir itu bakal tambah seret nemuin kerja kalau plus takut dan ragu-ragu. Besok seleksi kerja 18.000 orang yang diterima cuma tak lebih 60-70 posisi, busyettt... ini macam seleksi artis sabun colek atau idol2an, ah langsung pusing kalo make teori kemungkinan, ya kalau gak pusing namanya bukan berjuang. Hari ini saya terinspirasi ma temen senior mapala saya, mas Bolot, ke Jakarta, bermodal nekat, turun kota, kembali ke jatinegara, tanpa sanak saudara, liat orang jualan koran,
nekat ngelamar ke bos koran "saya siap kerja jual koran, saya tak punya jaminan kecuali mulut saya.... bantu saya", begitulah ia bekerja ma orang batak tiga tahun, nebeng di gudang, tapi karena memang kesabaran dan hati bajalah, serta kedekatannya ma yang diatas membuat mas Bolot, sekali tes yang waktu itu 100 kursi diperebutkan 18.000 orang langsung lolos, mungkin karena Tuhan tahu si mas nya teraniaya, lulus s1 kok dengan sabarnya menerima kerjaan jual koran..... dan doa jugalah tentunya.
Tentang suatu kompetisi saya ingat bahwa setiap manusia sejak menjadi sperma dan sel telur, adalah sebuah epos dramatis, 200.000.000 akan dipilih satu untuk membuahi satu sel telur, gila!!!, ini artinya setiap manusia yang pernah lahir di dunia ini adalah jelmaan dari kompetisi maha hebat, sejak awal cinta di semai, ah alangkah payahnya mereka yang tak bersyukur dan memilih jalan pintas menjadi begundal. Tuhan mungkin telah sangat memahami mengapa seseorang dilahirkan dengan kapasitasnya masing-masing dan dengan latar belakang keluarga masing-masing, bagi Tuhan ini bukan faktor kebetulan, beberapa orang menyesal dengan latar belakang keluarga, menyesal dengan kebangsaannya, negggg dengan negaranya, mengingkari tradisi keluarga yang mungkin bisa jadi telah berumur ratusan tahun, bagi sebagian kalangan itu baik untuk melanjutkan proses evolusi moral, sebagian yang lain menyebut perbedaan nilai-nilai antar generasi sebagai inovasi berkelanjutan, dan sebagian menganggapnya moral baru yang menyimpang, lain, liyan, the other. Tapi perbedaan memang telah dimulai jauh-jauh kala saat sperma bertemu sel telur, separuh dari ibu manusia separuhnya dari bapak manusia, walau satu saudara, namun rancang genetika jelas berbeda, lalu mengapa mengharapkan terlalu banyak persamaan?, tepatnya bahwa setiap manusia dikaruniakan persamaan dengan yang lain dan perbedaan dengan lainnya.
Manusia masa kini memiliki moral dan nilainya yang unik, dan tak ada moralitas yang sama, semua merupakan rangkaian sejarah manusia, tak ada yang benar-benar baru, orang cina bikin mercon, orang arab bikin meriam, orang eropa bikin senapan, orang modern bikin roket, nuklir dan anti materi, semua sambung menyambung, orang arya india bikin hindu, hindu bikin budha dan zaratustra, avesta, mesir, lalu bikin yahudi, lalu bikin kristen, lalu bikin islam, lalu bikin auflarung, lalu bikin modernisme, lalu bikin postmo, ya begitulah berturut turut saling mengoreksi yang lama yang baru, dan yang lama akan tetap ada, pun yang baru akan selalu ada, dunia ini relativ tak juga sempurna, itu mengapa per ada hidup.
Beberapa orang mengutuk sudut pandang yang lain, "gw mah yang paling suci men! gw yang paling adil! gw yang paling uptodate! gw yang paling modern! gw yang paling intlek! gw yang paling sukses! gw yang paling berkuasa! gw keturunan indo man, gw paling cakep!" ah semua cuma sudut pandang, dulu sebelum kita lahir, kita tak minta dilahirkan di rahim siapa dan dengan avatar (tubuh) macam apa, toh itu semua pada dasarnya anugrah Tuhan yang maha adil, lalu kita membusungkan dada atas nama keluarga kita, ah payah, "mengapa kagak mati ajah loe!!", beberapa membusung kerena merasa berpendidikan tinggi, kaya, cakep, keren, apa untungnya membusungkan dada??? apa yang susah nambah bahagia??? apa yang tidak beruntung jadi lebih beruntung??? mengapa tak bantu saja yang lebih kurang beruntung?? itu kan makna hidup yang harmonis, "ya elah kiri bangetttt breee... dah nikmati aza.. hidup dah kelewat suusssahhh!!!", ya sudah kalau itu memang mau mu, yang jelas jangan busung membusung tak enak dilihat sekitar kita yang makan esok hari saja pusingnya lapan keliling, jangan bunuh membunuh, persaingan itu hakikatnya absolut, tapi bukan dengan membusung dada dan menekan yang lain, dan tak enak lah, kalau kita makan kita tahu nasi kita dari para buruh tani bergaji murah, hingga keluarganya susah, kalo kita pake baju, para buruh pabriklah yang menciptakannya dengan gaji bulanan UMR, tanpa jaminan kerja yang layak, tau kan situasi keluarga buruh? kalau kita naik mobil, ada mesin bensin dan lain-lain, apakah pekerja lapangan di tambang digaji selayaknya CEO MNC...? maka jangan lah sombong, kalau kau lahir jadi jelata belum tentu aku, kamu, kita atau mereka siap makan nasi tempe 3 kali sehari seumur hidup.
Tentara, polisi, guru sd, dosen kita, perawat kita adalah masyarakat kelas menengah ke bawah, jauh-jauh hari mereka sengaja di Titahkan oleh yang Kuasa untuk memiliki kapasitas hati yang lebih besar, mungkin ini yang membikin mereka jauhhhh lebih sabar dari saya, anda atau kita, yang syukur setidaknya paham Blog berarti ada sisi-sisi berlebih dalam diri kita, yang dibutuhkan bukanlah kompetisi sikut-sikutan, Darwinisme akan dipandang salah bila semacam kompetisi mati hidup, eksistensi sejati adalah kerjasama yang mengakomodir banyak kepentingan, bukan melalui perbedaan mutlak tapi kekuatan untuk saling mengerti dan memahami.
Beberapa orang memang takut kere, ini yang membuat mereka buru-buru mengambil keputusan untuk kong kalikong memakai jalan belakang atau menggelembungkan anggaran,"ah itu cerita basi breee hampir semua orang gitu kaleee...", untungnya masih hampir, ada yang memiliki integritas untuk mempertahankan kesederhanaan sebagai kebahagiaan sejati, kalau kesempatan dan keberuntungan merupakan karunia yang di Atas, mengapa kita takut menghadapi hidup yang memang sejak awal diliputi ketidak pastian, Tuhan melihat manusia melalui pengabdiannya dan tidak dengan kebesaran duniawi belaka, mata kita terlalu buta melihat mana yang pantas di puji "wahhhhh" dan mana yang tak perlu, hidup seolah tergantung pada satu rangkaian besar yang mengarahkan kita pada kegilaan...oh noooooo!!!
Tidak..tidak..tidak, jadilah manusia yang baik, yang jujur yang tidak jumowo -sombong-, memahami kelemahan dan kelebihan orang lain, serta berani berkorban demi kepentingan yang jauh lebih besar... semoga Tuhan memberkahi hidup kita di dunia yang memang teramat singkat dan cuma sekali, setidaknya hidup dalam makna sesungguhnya -yang amat mendalam- dapat kita kecup, bak anggur dalam cawan cinta.... selamat berjuang... -doakan saya tes kerja saya sukses- amean.....