Dialog iklim akhirnya terhalang oleh jumlah pendanaan dan kompensasi karbon!!, adalah sesuatu yang sudah dapat diduga. Seolah negara maju kehilangan hasrat untuk meneruskan pembicaraan tentang isu ini dalam kesepakatan pertemuan, sementara di pendulum yang lain, negara berkenbang meminta pendanaan yang lebih dari negara-negara penghasil emisi karbon terbesar (negara maju).
Demikian perkembangan terakhir dari 'blekutuk' carut marut yang belum berujung, KTT Iklim. Teman Blog saya bilang, "sementara yang di sana sibuk dengan ambisi-ambisi besarnya, mari kita lakukan dalam emplementasi kehidupan sehari-hari".
Yupss, satu diantaranya : Penghematan, adalah salah satu yang paling efektiv dalam melawan defisit energi, penghematan konsumsi (karena secara kotak catur kita semua adalah konsumen,) hemat pemakaia : air (berhubungan dengan pompa air dan siklus distribusi hara tanah), TV, Internet (berhubungan dengan listrik, batu bara bahkan energi nuclear menyumbang banyak kerusakan pada tipologi greenmap Indonesia). Kendaraan bermotor (setidaknya bila memang angkutan publik tidak nyaman, gunakan kendaraan kita seefisien mungkin). dan terutama HEMAT GAYA HIDUP, selektif membeli apa yang kita beli, apakah benar-benar kita butuhkan?? begitulah semua ini -yang terakhir- tergantung: nilai-nilai logis kita dan pandangan hidup kita sebagai manusia terhadap makna kepuasan dan kebahagiaan. Setidaknya menyadari apa yang kita gunakan akan berdampak luas ke depan secara bertahap dan pasti pada perubahan global terhadap redefinisi manusia dan buminya.
hal lain: reuse, recicle, refill, rethinking. Salam lestari!!