HTML tutorial
varihsovy.com
  • About
  • Get inspired
    • Traveling
    • Culinary
    • Fun
    • Film
  • Mine !
    • Family
    • Opinion
    • Books
    • The Spirit
  • Contact Us
    Instagram Twitter Google+ Facebook Linkedin
    close

Resolusi 2010



  • 2009 : kerja jadi editing, calo skripsi, guide turis bule naik gunung, volunteer Envoy.
  • 2010  : pacaran sama cewek satu sajha, kerja apapun asal bisa ngelanjutin kuliah S2, namatin 50 judul buku,  namatin 25 film festival, naik gunung Agung dan Rinjani, GAMBATE!!

2010, welcome,  marhaban khair, detik-tetik akhir 2009 dan awal 2010 saya lalui di pengajian masjid UGM, sangat membosankan, tapi ini demi suatu instropeksi yang kreatif -alias demi permintaan pacar yang makin lama makin aneh sajha-, saya tak tahan mendengar kotbah orang-orang suci, apalagi dengan memandang dunia hitam putih, separuh jalan, saya keluar masjid -ijin sama pacar-, tepat jam 11.45 pm, saya merenung di taman masjid -yang dulu bekas kuburan pecinan-, tiba-tiba saya merasakan kesendirian, sendirian melewati dunia -apakah saya harus menangis??-, ok, saya memang tidak lahir sendiri, tapi memang setiap laki-laki harus merangkul nasibnya sendiri, mengapa memaksakan diri harus dekat dengan orang tua kalau bersama mereka kita akan terlalu banyak meminta dan dimanja, sudah waktunya berjalan sendiri dan menentukan pilihan.

Ada sebagian orang yang bangga karena sukses dunia -harta dan kedudukan-, yang lain sukses integritas -pengetahuan, dan kebijaksanaan, dan sebagian meminta keduanya, saya tidak ingin semuanya, saya cuma ingin lebih dekat pada dunia ini, jauh lebih mendalam, dengan itu saya berharap menemukan integritas saya yang sesungguhnya, saya ingin memilih sesuai apa yang saya inginkan -celakanya saya tidak begitu paham apa yang sedang saya inginkan-. Tapi saya ingin mencoba memahami segalanya dari sudut pandang masing-masing, bukankah nilai-nilai ini seperti pelangi, toh bila ada yang saling menerkam, itu masalah ada dalam pelaku nilai dan bukan nilai-nilai itu sendiri, kedewasaan saya diuji dengan melihat semuanya dangan kaca mereka masing-masing, dunia ini tidak semutlak yang kita bayangkan, kesuksesan sejati bukan berarti harus kaya, tenar atau berkedudukan, bukan pula kebijaksanaan yang menepi di gunung-gunung, biara, masjid atau pura-vihara, tapi adalah suatu kebahagian untuk menyenangkan orang lain dan mematangkan diri sendiri sebagai makhluk jelmaan illahiah.


Betapa sepelenya dunia bila kesuksesan dan kegagalan cuma dinilai dari satu parameter, bagaimana menilai negara maju, berkembang dan miskin bila  kenyataannya sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya dunia ini tidak adil, orang-orang itu menyerah pada system yang telah berlaku -mungkin karena waktu bagi mereka terlalu singkat untuk suatu kebahagiaan-, dan saya ingin berlaku sebaliknya, system dapat diubah, setidaknya dan minimal pada apa yang selama ini kita yakini dan kita nilai. Francois Fukoyama mengimpikan akhir dunia dengan the and Demokrasi Liberal, dan Ayatullah menganggap Islam serbagai solusi, Kaum Kiri baru kembali mengedepankan Hubungan Harmony manusia-alam, Kapitalis berharap MNC (Multy National Corp) meraih perdagangan bebas, sehingga uang akan bergerak merata di pusaran-pusaran peradaban -mana mungkin??-, dan orang-orang kiri berharap Sosial Demokrat akan merajai dunia diawali setidaknya dari Amerika Latin, sempalan Yahudi berharap keamanan tanah zion -sementara membangun tembok tinggi untuk mengurung bangsa Palestina, untuk menegaskan bahwa yang 'lain' adalah setan-, dunia dijejali dengan kontradiksi, dan saya cuma harus tahu, bahwa saya harus membuka peluang untuk segalanya menjadi apa adanya dengan terus mengkritik dengan setidaknya mengetahui apa yang sebenarnya harus saya lakukan.

Tidak adil mengatakan bahwa negara miskin diakibatkan karena masyarakatnya yang bodoh, ini artinya negara maju adalah kumpulan orang-orang pintar dengan perusahaan besar dan lembaga pendidikan yang heboh, saya tidak menjawab ya atau tidak, tepatnya bukan berarti semacam itu. contoh terahir dalam KTT iklim di Denmark, jelas sekali, negara maju enggan mengalokasikan dananya ke negara berkembang -yang dianggap masih memiliki pemimpin yang diktator dan arogan-, mereka juga 'pelit' dalam mentransfer teknologi. Saya tidak tahu pasti multyplex dari kebijakan ini, tapi negara maju seperti juga lini usahanya (MNC) dan system yang ingin diperjuangkannya (WTO) sama sekali takut untuk di usik posisinya yang sudah 'mapan'.

Lalu apa artinya kemajuan, kalau seperti contoh di atas yang ternyata  masih 'rakus', apakah pendidikan tidak selalu pararel dengan integritas -??-, semisal : apa gunanya Harvard kalau lulusannya mengirimkan ratusan ribu pasukan ke negara lain, ribuan mil hanya untuk mengatas namakan keamanan nasional, dengan itu melegalkan pembunuhan puluhan ribu manusia atas nama peradaban yang lebih maju. Apa gunanya ulama' yang mengkoar-koarkan kesucian tapi menghancurkan minoritas nestorian, sunni, baha'i, zaratustra, apa artinya ilmuan-ilmuan dan jutawan-jutawan  keturunan Yahudi yang cukup banyak bila mereka telah membangun temboh tinggi untuk mengurung sesama manusia di tepian laut tengah, bukankah ini artinya integritas kita tidak berkembang seiring kemajuan tekhnologi, saya berharap setidaknya untuk diri saya sendiri bahwa dunia di masa masa mendatang akan semakin baik, perdagangan bebas telah membuat banyak kebudayaan dunia ini identik dan menghancurkan nilai serta adat lama yang telah berjalan ribuan atau puluhan ribu tahun sebelumnya, orang bilang maju kalau mereka mengikuti trend fashion, dan saya selalu bertanya 'apakah harus begitu?', MNC telah menciptakan ancaman pada tata nilai lokal selama mereka tidak mengindahkan apa yang nilai lokal sucikan dan agungkan -mereka tidak percaya ada ratusan bahkan jutaan nilai-nilai lain -lokal / nasional- kecuali nilai-nilai 'UNIVERSAL' yang mereka sembah dan agung-agungkan-, Hollywood -21-, MTV, CNN, Google, Facebook, Coca Cola, Prada, RITZ, Playboy, Randyblue dan lain-lain, setidaknya harus berbuat banyak untuk mencegah degradesi lokal dengan membangun pesan-pesan yang lebih ramah, -sesuatu yang sulit dipahami dalam kerangka filsafat materialisme dan mesin kapitalis. Setidaknya pesan di atas menjadi pemahaman yang tertanam dalam kalbu saya yang paling otentik, "bahwa integritas itu dipahami dengan saling berbagi".
Labels: ARTIKEL, catatan harian
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Footer