HTML tutorial
varihsovy.com
  • About
  • Get inspired
    • Traveling
    • Culinary
    • Fun
    • Film
  • Mine !
    • Family
    • Opinion
    • Books
    • The Spirit
  • Contact Us
    Instagram Twitter Google+ Facebook Linkedin
    close

in missing I



menggeliat menampung hasrat....
sepi yang mengalun bak ombak pagi yang remuk
di bawah langit abu-abu nafsu menukik
dan doa-doa menjadi labirin perih
kamu pergi tak bilang-bilang
dan suaraku tersekik terhisap lamunan

"aku pulang sampai lusa.."

bersandar di ranjang reot mengidam mimpi indah
saat itu bulan desember setelah hari kurban engkau datang
melengking dengan suitan
aku tergepoh menjumpaimu yang pucat
kita sama-sama pucat waktu itu

"mau ke mana..."

dan sampai saat ini aku dan kamu tak tahu mau ke mana....
waktu terus berjalan merogoh kerongkongan
dulu apapun yang terjadi...
"kita mati bersama..."
dan kini apapun yang terjadi.....
"jalan kita berbeda...."

hujan turun rintik
tak lama menjadi badai yang memukul-mukul atap rumah kita
aku menatap dari kisi jendela
tanah di bumi telah basah
aku berharap hujan tidak cepat reda
agar aku puas menyedu bau tanah sehabis hujan

"kamu pulang kapan...?"
"nanti..."

semakin aku merindukan mata mu...
yang membuka pintu jiwa mu..
cara engkau tersenyum menakar jiwa ku yang suntuk
kalau memang tidak ditakdirkan selamanya..... maka selama masih mungkin bersama mu saja

aku tidak lagi berfikir apa yang terjadi di luar sana
aku tak peduli lagi
dan mereka tidak peduli keberadaan kita

seruak itu hanya bisikan lirih sejarah
dan mungkin aku hanya sebutir debu di lautan pasir
dan aku untuk sesaat hanya bisa berdoa tentang terlupanya sekejap penderitaan

dan itulah doa termasuk untuk ku
karena membiarkan aku merindukan mu
telah membuatku bahagia

peluklah aku selagi langit belum runtuh
sayank ku...
Labels: puisi
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Footer