HTML tutorial
varihsovy.com
  • About
  • Get inspired
    • Traveling
    • Culinary
    • Fun
    • Film
  • Mine !
    • Family
    • Opinion
    • Books
    • The Spirit
  • Contact Us
    Instagram Twitter Google+ Facebook Linkedin
    close

MEMENTO: "kelap kelip kunang kunang" (4-9)

KELAP KELIP KUNANG-KUNANG
(bukan kelap kelip lampu flip-flop)

deivan.wordpress.com
(01)
Kamu tidak tercipta untuk ku
Aku tidak tercipta untuk mu
Ikan akan mati berlahan di tepian kolam
Tak ada kucing hidup di air

(02)
Matahari menunjukkan siang
Tapi bulan bukan berarti malam
Senyum itu tak bermakna senang
Bahkan tawa bisa pertanda kelam

(03)
Luka itu kepedihan, tapi tak selalu
Mendapatkan bisa berarti melepaskan
Melepaskan artinya kehilangan
Kehilangan sesungguhnya "mengada"

(04)
Para sufi 'berburdah' dengan bidadari
Rabi kabalah mengulang-ulang perenungan
Rahib metatap perjumpaan langit dan bumi
Biksu memaknai dalamnya kehampaan

(05)
Di sungai gangga orang-orang membenam
Biara-biara tri darma tercium dupa
Tembok ratapan solomon yang meringkih
Masjid madinah dengan adzan kesunyian
Vatikan mendaraskan mazmur

(06)
Sebelum rumi kehilangan Syam
Setelah Eikard dipenuhi luka
Saat Jilani mengekang hasrat
Di dalam Sadrach saat menemukan 'cahaya'

(07)
Ada wanita bugil di balik kelambu
Ku tatap matamu wahai mimpi malamku
Tubuh lelaki budak kuli panggul
Ambilah rokok dan kopi, lamunkanlah !

yvcrr.com
(08)
Demi gereja saat bergema lonceng
Menara masjid menjelang subuh
Patung Budha mersemedi
Dewi Kali menjemput sekarat

(09)
Tabuhlah gendang, undang semua!
Kekasih, bukalah pintu dan menarilah!
Aku membisikkan seberapa dalam luka?
Kamu meliuk dan teriak "sembuhlah !"

(10)
Bunyikan lagi segala suara
Berjingkrak-jingkrak selagi langit masih di atas kepala
Bawalah hatimu berdansa sayang
Bisikkanlan cinta pada semesta

(11)
Bumi telah berputar tanpa henti
Layar-layar datang lalu pergi
Pemberangkatan adalah berlabuh
Berkelana bisa berarti pulang

(12)
Rumah adalah perjalanan
Kehidupan menandai maut
Kekangkan ikat pinggang, dan rasakan!
Menahan artinya menyerang

(13)
Kau atau aku
Pada lakon picisan yang menggelikan
Begal begal Gipsi melintasi segala benua
Carita bola ajaib tentang masa depan

(14)
Diemper toko gelandangan geletakan
Munaken munaken dengan baju mahal
Warung makan buka hingga malam
Para pelanggan bercanda di remang-remang

(15)
Apakah kita masih terus percaya?
Tongkat yang dilempar jadi ular itu?
Laut yang terbelah dua
Atau madu dan roti yang terjatuh seperti hujan

(16)
Kita percaya?
Pada sel satu yang serumit pesawat ulang alik
Pada bumi yang terukur tepat
Pada matahari super panas yang menyapa hangat setiap pagi

(17)
Adakah engkau melihat pocong
Api komamang yang terbang di atas genting
Gendruwo sebesar pos kampling
Sundel bolong di kedalaman rumpun bambu

(18)
Skeptis dan verifikatif
Uji empiris dari hipotesis
runtut dengan sistematis
humanis dengan positif
Agnostik serta atheis

(19)
Ketika kemudian meledak "BOOM!"

(20)
Columbus mulai melintas samudra
James watt menggerakkan mesin uap
Para tuan tanah lalu berguguran
Bangsawan  lari tunggang langgang

(21)
Martin Luther membuka jendelanya
Eropa melewati porak-poranda
Cendekia kukuh memegang logika
Perang saudara bergelora

(22)
Kita di sini masih juga takut dengan raja
Bedil yang mengacung ke kepala
Tergiur menjadi barisan birokrat
Mobil 'wah' dan puncak menara
Ke sinilah sayang, jadilah yang 'sahaja'

ericaaz.blogspot.com
(23)
Layanilah masyarakat dengan ramah
Perhatikan orang miskin dan bayarlah ia sekolah
Lindungilah keberanian dan kejujuran
Tegakkan disiplin dan ketulusan berbagi
Itulah pesan para nabi

(24)
Kita tidak mau melewati masa lalu Eropa
Tidak ingin perang saudara Amerika
Penggadaian gereja-gereja kini
Ratusan juta jiwa yang tidak lagi percaya

(25)
Apakah masih mempercayai 'linieritas'
Garis sejarah tanpa alternativ
Seperti lintasan lari maraton
Cuma teosentris ke positif
Corong Auguste Comte!

(26)
Menjadi ecosentris adalah alternativ
Menjadi islamis, taois, anarkism adalah alternativ
Funk, vegetarian, homoseks adalah alternativ
Tapi kemudian kita terjebak riuhnya pasar
Yang akhirnya hanya berjualan 'cara hidup'
Adakah diskon dan big sale!

(27)
Jangan jual ayat-ayat Tuhan!
Jangan jual logika berfikir!
Jangan jual pencapaian kesadaran!
Jangan jual gerakan sosial!
Jangan jual kemiskinan!
Jangan jual keahlian tanpa nasionalisme!
Tapi jangan jual nasionalisme!

(28)
Aku belajar mencintai dan merasakan
Pada remah-remah yang diabaikan
Pada cerita-cerita tak terdengar
Pada kepedihan tanpa luka
Pada duka tanpa kehilangan

(29)
Aku mencoba memahami kepedihan
Mengingat cucu nabi yang terpenggal di Karbala
Darah yang mengalir di Golgota
Para budak Mesir dan imigran terusir Eropa Timur
Kidung kepedihan yang di daras sang imam

(30)
Perang itu bencana
Kisah pilu pribadi-pribadi juga bencana
Pemudi yang hamil di luar nikah
Pacarnya kabur entah ke mana
Suami yang selingkuh
Istrinya yang mencoba tabah
Pemuda tidak sekolah, tidak bekerja
Mahasiswa terancam DO
PHK setelah seusai kerja
Kecanduan heroin
Alkoholik yang tak pernah bisa sembuh
Kecanduan seks tak usai-usai
Anak yang kehilangan perhatian
Usaha yang bangkrut
Atau sukses dengan jalan cepat?
Banci dan homoseks yang terhujat atau menghujat diri

(31)
Wahai para imam kembalilah ke keluarga!
Tutuplah lapak pasar kita
Dan ingatlah amanah dari pengetahuan ini
Jangan jual kesucian itu sayang
Kesadaran bukan sekedar panggung ceramah

(32)
Aku menantimu di ujung jembatan
Kala hari menginjak senja
Pulang mu sehabis mengaji
Kelelawar menari-nari dalam senyap
Dan adzan magrib melengking sayup

(33)
kaukah itu?

(34)
Nenekku bercerita tentang surga
Dimana buah tinggal dipetik
Dan air susu mengalir pada sungainya
Setiap penghuninya terbang ke mana-mana
Masing-masing kekasih secakap dalam mimpinya

(35)
Duduklah di sini sayang
Minumlah secerup cangkir kopiku
Bicara tentang siang malam mu
Hari-hari dirundung sendiri
Dan kepiluan menambat akal hati

(36)
Menziarahi tepian dunia
Tak perlu ada Amerika di sana
Tidak berharap berkunjung ke Makah
Hanya bersila di bawah pohon Kariwaya
Menyan yang berbau tajam
Semoga para ruh menambah kebajikanku

ripadvisor.co.id

(37)
Bersatu menelisip seruak malam
Tak ada ketakutan akan neraka
Berdegup, berdetak-detak, melengking
Harum keringat pria-wanita
Yang berjoget dengan seruak musik
Mari minum dan lupakan esok hari
"Kampai !"

(38)
Pemberhentian kereta
Di tas yang berjejal engkau bawa
Menunggui pelarianmu
Setelah kota mempailitkan mu
Istri anak yang pergi entah ke mana
Kau ingin menjemput hidup barumu?

(39)
Aku tertidur di bawah ril kereta
Di atas sungai code di pojokan riuh
Gubug yang ku jadikan istana
Aku beranak pinak di sana
Setiap natal aku mendapat baju baru
Sepanjang ramadhan aku mendapatkan nasi kotak sore ku
Aku ini masih manusia, bisik mu pada ku

(40)
Denting cangkir pada minuman hangat yang kau aduk
Akulah tamu yang kau tunggu
Pada sofa empuk kau persilahkan aku duduk
Bajumu yang kedodoran memperlihatkan lekuk indah tubuh mu
Hasratku memuncak namun menumpuk di otakku
Sayangnya kau memintaku hanya untuk berdoa
Pada hari berkabungmu malam itu
Tapi anganku meloncat menembus awan
Oh, serigalakah aku ini, membayangkan ku menjantanimu
Sementara berdoa ingin membayangkan Tuhan
Bagaimana membayangkan rupa-Mu yang tak tergambarkan itu?
Seandainya Ia seindah tubuh telanjangmu oh sayang..

(41)
Ceritakan orang miskin tentang surga
Pada kasih sayang nabi terhadap mereka
Bagikan kebahagiaan untuknya
Dari baju terbaikmu dan makanan terlezatmu
Dari kamar ternyenyakmu
Dan hiburan yang paling menggembirakan
Dari pendidikan yang berkualitas
Dari pekerjaan yang berharkat martabat
Niscaya Tuhan akan mengangkat mu
Dan dunia akan tunduk di bawah telapak kakimu
Itu adalah perjanjian antara Ia dengan semua makhluknya

(42)
Berikan cinta terbaikmu
Saat engkau hadir bersamanya
Jangan berpisah saat kalian senang atau berduka
Jangan teruskan saat telah tiada harapan atau mimpi
Sebelum terlambat setelah janur kuning melengkung
Sekarang kita berdua, esok seluruh keluarga
Sekarang kita berdua, esok seluruh kampung halaman
Sekarang kita berdua, esok negara ikut campur

(43)
Pengetahuan bermakna karena ia berguna
Kesadaran berarti karena ia memberi jalan
Tahanlah hasrat karena ia candu
Kebijakan hadir dalam tangis dan gembira

(44)
Duka adalah tawa yang terpantulkan
Karena cahaya-Nya adalah suka cita seluruh semesta

pepatah.com

(*)


Labels: Kenyataan, puisi, Sastra, Sosial Budaya, Spiritualitas
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Footer